Jumat, 29 April 2011

Tak Tahu Diri

Pagi itu Shinta datang ke Sekolah dengan tenang, karena tak seperti biasa ia selalu datang terlambat ke Sekolah. Ia memasuki pintu gherbang dengan wajah berbunga-bunga.
“I’m coming, hari bebas …..” Ia bahagia karena dalam jadwal pelajaranya yang di lihat semalam, tidak ada rentetan PR seperti biasanya. Saat ia memasuki kelas, betapa sangat terkejutnya ketika ia melihat teman-temannya mengerubuti salah satu meja.
“Hey, ada apa ini ? gak ada PR kan hari ini ? Hey, jawab donk! Gimana sih diem semua ? “Dengan tingkah sewotnya, Shinta menanyai teman-temannya. Namun, saking sibuknya teman-temannya menulis, tak ada satu pun teman-temannya yang menjawab pertanyaannya.
“Hey, kalian budeg atau dimana sih ?” Shinta naik pitam. Membuat semua teman-temannya menolah kepadanya.
“Iya !!” dengan serempak teman-teman Shinta menjawab. Ia yang tak percaya, melihat langsung kedalam kerumunana itu, di dapatinya buku Nita, teman dekelasnya yang peling pandai sedang di salin teman-temannya tadi. Shinta gelagapan, ia sangat bingung. Karena dirinya sama sekali belum mengerjakan PR Matematika itu.
Aduuuh, gimana sih kurang 5 menit lagi, mana soalnya banyak, kalau aku terpaksa ngerjain, belim tentu waktunya cukup kan !! gerutu Shinta dalan hati. Ia berfikir sejenak, kemudian matanya berbinar-binar.
“Ahhaaaa,…… Aku tau, ia teringat bahwa di kelas sebelah juga ada pelajaran Marematika jam terakhir. Dengan bergegas ia menuju kelas yang tepat di samping kelasnya. Teman-teman sekelas Shinta geleng-geleng kepala melihat tingkah apa yang dilakukan Shinta. Beberapa teman saling berbnisik-bisik, “Mau ngapain lagi tuh si Ratu Nensi” kata Nuri yang heran dengan tingkah Shinta.
“Biasa lah, paling kalo nggak cari contekan taa marah-marah di kelas orang,” Jawab Yuke, sang lawan bicara Nuri. Nuri hanya manggut-manggut, kemudian melanjutrkan aktifitasnya menyalin PR.
Sementara Shinta celingukan mencari seseorang didalam kelas samping,. Di dapatinya orang yang ia cari itu, “Chik, ssstt… Chik” Shinta memanggil-manggil Chika, teman yang juga tetangga sebelah itu. Chika yang melihat Shinta berada di pintu kelasnya segera menghampirinya.
“Apaan Shint ?”
“Aku pinjem buku Matematika kanu donk!” pinta Shinta dengan muka memelas yang di buat-buat. Chika membalikkan badan menuju tasnya mencari buku Matematikanya. Dengan setengah hati di berikannys biku itu kepada Shinta.
“Nih ….”
Dengan segera Shinta merebut buku Matematika milik Chika itu,
“Sini ..!!” kemudian ia bergegas meninggalkan kelas Chika. Chika yang sudah sangat mengenal sifat Shinta yang seperti itu hanya mengelus dada. Sementara Shinta sama sekali tak menghiraukan hal itu. Yang terpenting baginya adalah tertolong dari hukuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar