Selasa, 08 November 2011

Resensi cerpen Maling karya Kiswondo

I. Latar belakang cerpen
1. Identitas cerpen     
            Judul                           : Maling
            Pengarang                   : Kiswondo
            Sumber                        : Kompas, 26 Mei 1990
            Jumlah Halaman          : 12 Halaman
2. Prestasi cerpen                    :
3. Jenis buku                           : fiksi
4. Tujuan pengarang ( amanat )
Di sini pengarang ingin menyampaikan bahwa keadilan di dunia ini masihlah belum berjalan dengan seadile-adilnya. Namun berbeda dengan keadilan di akhirat. Di sana keadilan ditegakan dengan seadil-adilnya tanpa dapat di tawar-tawar lagi.
II. Sinopsis
Cerpen ini diceritakan oleh seorang juru rawat yang tengah menjaga manusia setengah mayat di ambulans, ia merasa seperti turut mengalami perjalanan panjang roh mayat yang dijaganya itu menuju alam kekal di surga. Entah saat itu ia sadar atau tidak, dari situ ia juga tahu bahwa korban itu adalah serang kuli pasar yang menyayangi keluarganya.  Dan suatu ketika demi memperjuangkan nasib salah seorang keluarganya, orang itu rela mencuri hingga tertangkap basah dan babak belur di hajar warga sampai meninggal. Sebelum meninggal, orang itu disumpahi masuk neraka. Namun dengan kuasa Tuhan, dia akhirnya mendapati dirinya menuju kehidupan kekal di surga.
III. Keunggulan dan kelemahan
1.      Organisasi ( alur )
Alur yang digunakan penulis dalam cerpen tersebut adalah alur mundur. Meskipun di beberapa paragraf, pengarang memunculkan beberapa kejadian yang membuat pembaca sedikit bingung dalam memahami alurnya, namun dengan melihat kejadian di awal cerita yang berupa penyelesaian konflik, sedangkan pengenalan, pemunculan konflik sampai klimaks justru diletakan penulis di tengah-tengah cerita sampa di akhir cerita. Dengan alur yang dibuat mundur ini membuat pembaca harus membaca berulang-ulang baru bisa memahami alurnya.
2.      Isi
Tema         : Kontradiksi antara keadilan di dunia dan keadilan di akhirat.
Sudut pandang : orang pertama pelaku sampingan.
Tokoh utama : Amir ( kuli kasar/maling)
Setting       : Setting dalam cerpen tersebut sudah sinkron dengan karakteristik,  di antaranya saat tokoh amir berada di surga, dengan menggambarkan suasana indah dan agung dengan adanya dzikir akbar, sungai susu yang mengalir, butiran zamrud yang bertebaran, dan lain sebagainya.
Amanat     : jangan main hakim sendiri / jangan mengadili seseorang dengan seenaknya
kita harus selalu mendekatkan diri pada Sang Khalik.
Keadilan di dunia bukanlah keadilan yang seadil-adilnya, namun keadilan di akhiratlah keadilan seadil-adilnya yang sudah tidak dapat di tawar lagi.
Nilai Moral: menjadi seorang maling untuk memperjuangankan nasib keluarganya
koruptor merasa tidak berdosa dan hanya di anggap menikmati jasanya atas kesetiaan pada negara dan bangsa
memasuki sebuah rumah yang masih terbuka pintunya, sedangkan pemiliknya tidak ada.
Nilai Budaya : Memukul kentongan ketika ada maling
Nilai Sosial : Ramai-ramai memukuli maling sampai mati, padahal masalahnya hanya sepele.
Nilai agama : Selalu mendekatkan diri pada sang khalik, ucapkan / lafadz     asma Allah.
3. Bahasa
Dalam penggunaan kata / bahasa, cerpen ini tergolong mudah. Tidak ada kata-kata sulit terlihat dari awal sampai akhir cerita.
4. Teknik
Dalam hal tulisan penggunaan font sudah sesuai. Namun dalam hal gambar, cerpen ini tidak memakai gambar sama sekali sehingga tidak ada gambaran bagi pembaca mengenai tokoh-tokoh dalam cerpen.
IV Nilai cerpen
Kelebihan cerpen ini terletak pada tujuan yang ingin disampaikan penulis memiliki makna yang dalam, dan juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sedangkan kekurangan terletak pada tokoh aku yang membuat pembaca bingung dalam mengartikan tokoh utama. Jadi, dengan melihat kekurangan dan kelemahan tersebut,cerpen ini baik untuk dipublikasikan karena akan menambah imajinasi pembaca, dan juga menuntun pembaca untuk mengamalkan amanat-amanat yang terkandung di dalamnya.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar